Kobarakyat.com PONTIANAK – Belakangan ini, sering kali terjadi bencana alam pada kota-kota besar di Indonesia, tak terkecuali di Kalimantan Barat, bencana alam menjadi ancaman yang besar bagi kehidupan manusia, seperti gempa bumi, longsor, banjir bandang, dan sebagainya. 

Hal tersebut membuat prihatin Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Monitor Aparatur Untuk Negara dan Golongan (MAUNG).

“Fenomena ini mencerminkan betapa kurangnya kesadaran dan tanggung jawab kita terhadap lingkungan. Hal ini memunculkan pertanyaan penting: sejauh mana tanggung jawab kita, dan apa langkah bijak yang bisa dilakukan untuk mencegah serta menghadapinya?” Tutur Hadysa Prana, Ketua Umum MAUNG Minggu (26/01/25).

Bencana yang terjadi belakangan ini tidak terlepas dari ulah manusia yang sering kali acuh terhadap pelestarian lingkungan hidup. Bencana alam sering kali dianggap sebagai kejadian yang tak terhindarkan dan di luar kendali manusia.

“Namun, faktanya bencana alam yang terjadi sering kali disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri” Sambung Hady

Minimnya pengetahuan tentang mitigasi bencana semakin memperburuk kondisi ini. Banyak masyarakat yang belum memahami mitigasi bencana, seperti cara mendaur ulang sampah dengan benar atau tindakan yang seharusnya dilakukan saat menghadapi bencana. Di sisi lain, pemerintah dianggap lalai dalam mengawasi pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. “Pembangunan yang masif mengakibatkan hilangnya ruang hijau yang seharusnya berfungsi untuk menyerap air” Tegas Hady

Pemerintah seharusnya menjadi contoh yang baik dalam menjaga kelestarian lingkungan. Namun, kenyataannya tindakan seperti Penambang Emas Tanpa Izin (PETI), penebangan pohon di kawasan hutan lindung, justru memperburuk kondisi alam. Hutan lindung yang sebelumnya ditumbuhi pepohonan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

“Pohon-pohon tersebut berfungsi sebagai penahan erosi, mengurangi risiko banjir, dan menyediakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna. Ketika pohon-pohon ini ditebang, dampaknya tidak hanya menurunkan kualitas tanah, tetapi juga mempercepat aliran sungai, yang meningkatkan potensi terjadinya banjir” Tuturnya

Selain itu, tindakan tersebut bertentangan dengan komitmen pemerintah untuk melestarikan alam dan mengurangi dampak perubahan iklim. Sebagai pemangku kebijakan, pemerintah seharusnya lebih mengutamakan kebijakan yang berkelanjutan, seperti reboisasi atau pemanfaatan lahan secara bijaksana, demi menjaga keseimbangan alam dan mencegah kerusakan yang lebih besar di masa depan.

“Tindakan ini bukan hanya soal menghentikan penebangan pohon dan PETI tetapi juga tentang merencanakan solusi jangka panjang untuk menjaga kelestarian lingkungan” Imbuhnya

Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menanggapi bencana, tetapi tanggung jawab individu juga sangat penting. Setiap individu wajib bertanggung jawab, misalnya mendaur ulang sampahnya, menanam pohon, mengikuti edukasi tentang mitigasi bencana, dan ikut serta dalam lembaga atau komunitas yang bergerak di bidang kebencanaan maupun pelestarian lingkungan.

“jika setiap orang mengambil tanggung jawab untuk menjaga lingkungan, resiko bencana dapat diminimalisir’ Tegasnya

Bencana menjadi simbol bahwa hubungan alam dan manusia saling berkaitan, namun simbol ini sering kali diabaikan. Membangun kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan menjadi kunci untuk mencegah terjadinya bencana alam di masa yang akan datang. “Kita semua, baik pemerintah maupun masyarakat, memiliki peran penting dalam menjaga keharmonisan alam dengan manusia. Dengan bertindak bersama, kita tidak hanya mencegah bencana, tetapi membangun kehidupan emas bagi generasi mendatang” Pungkasnya

(Red/Tim)

Sumber : DPP LSM MAUNG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *